BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Nama Sorong berasal dari kata soren. Soren dalam bahasa Biak Numfor
yang berarti laut yang daIam dan bergelombang. Kata Soren digunakan pertama
kali oleh suku Biak Numfor yang berlayar pada zaman dahulu dengan perahu-perahu
layar dari satu pulau ke pulau lain hingga tiba dan menetap di Kepulauan Raja
Ampat. Suku Biak Numfor inilah yang memberi nama " Daratan Maladum"
dengan sebutan SOREN yang kemudian dilafalkan oleh para pedagang Thionghoa,
Misionaris clad Eropa, Maluku dan Sanger Talaut dengan sebutan Sorong. Kota
Sorong dikenal dengan istilah Kota Minyak sejak masuknya para surveyor minyak
bumi dari Belanda pada tahun 1908. Kota Sorong terkenal sebagai salah satu kota
dengan Atribut peninggalan sejarah Heritage Nederlands Neuw Guinea Maschcapeij
(NNGPM) atau kota yang penuh dengan
sisa-sisa peninggalan sejarah bekas perusahaan minyak milik Belanda. Kota
Sorong sangatlah strategis karena merupakan pintu keluar masuk Provinsi Papua
dan Kota Persinggahan. Kota Sorong juga rnerupakan Kota industri, perdagangan
dan jasa,
karena
Kota Sorong dikelilingi oleh Kabupaten - Kabupaten yang mempunyai Sumber Daya
Alam yang sangat potensial sehingga membuka peluang bagi investor dalam maupun
luar negeri untuk menanamkan modalnya.
Kota Sorong pada mulanya merupakan salah satu kecamatan yang
dijadikan pusat pemerintahan Kabupaten Sorong. Namun daIam perkembangannya
telah mengalami perubahan sesuai Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1996 tanggal
3 Juni 1996 menjadi Kota Administratif Sorong. Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang
no. 45 Tahun 1999 Kota Administratif Sorong ditingkatkan statusnya rnenjadi
daerah otonom sebagai Kota Sorong. Kemudian pada tanggal 12 Oktober 1999
bertempat di Jakarta dilaksanakan pelantikan Pejabat Walikota Sorong Drs. J. A.
Jumame dan selanjutnya secara resmi Kota Sorong terpisah dari Kabupaten Sorong
pada tanggal 28 Februari 2000.. Kota Sorong disamping sebagai Kota persinggahan
dan pintu gerbang Provinsi Papua, Kota Sorong juga sebagai Kota Industri,
Perdagangan dan Jasa.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
kondisi fisis kota Sorong ?
2.
Bagaimana
kondisi nonfisis kota Sorong ?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk
mengetahui kondisi fisis kota Sorong ?
2.
Untuk
mengetahui kondisi nonfisis kota Sorong ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kondisi Fisis
1.
Letak Geografis Kota Sorong
Secara
geografis, Kota Sorong berada pada koordinat 131°51' BT dan 0° 54' LS dengan
luas wilayah 1.105 km. Wilayah kota ini berada pada ketinggian 3 meter dari
permukaan laut dan suhu udara minimum di Kota Sorong sekitar 23, 1 ° C dan suhu
udara maximum sekitar 33, 7 °. Curah hujan tercatat 2.911 mm. Curah hujan cukup
merata sepanjang tahun . Tidak terdapat bulan tanpa hujan, banyaknya hari hujan
setiap bulan antara 9 - 27 hari. Kelembaban udara rata-rata tercatat 84 %.
Batas-batas
geografis Kota Sorong adalah sebagai berikut :
·
Sebelah Barat : Selat Dampir
·
Sebelah Utara : Distrik Makbon & Selat Dampir
·
Sebelah Timur : Distrik Makbon
·
Sebelah Selatan : Distrik Aimas dan Distrik Salawati Kabupaten Sorong
Luas Kota
Sorong adalah 1.105 Km,terdiri dari 4 Distrik dan 20 Kelurahan yaitu :
1. Distrik
Sorong membawahi :
·
Kelurahan Klademak
·
Kelurahan Remu Utara
·
Kelurahan Kialigi
·
Kelurahan Kampung Baru
·
Kelurahan Malawei
2. Distrik
Sorong Timur membawahi :
·
Kelurahan Remu Selatan
·
Kelurahan Malanu
·
Kelurahan Klasaman
·
Kelurahan Klagete
·
Kelurahan Klawuyuk
·
Kelurahan Malaingkedi
3. Distrik
Sorong Barat membawahi :
·
Kelurahan Klawasi
·
Kelurahan Rufei
·
Kelurahan Tanjung Kasuari
·
Kelurahan Saoka
·
Kelurahan Klabala
4. Distrik
Kepulauan membawahi :
·
Kelurahan Dum Timur
·
Kelurahan Dum Barat
·
Kelurahan Soap
·
Kelurahan Raam
2.
Iklim dan Cuaca
Wilayah
kota ini berada pada ketinggian 3 meter dari permukaan laut dan suhu udara
berkisar antara 23, 1° C dan 33, 7° C. Curah hujan tercatat 2.911 mm³. Curah
hujan cukup merata sepanjang tahun, dengan hari hujan setiap bulannya antara 9
- 27 hari. Sementara kelembaban udara rata-rata sekitar 84 %.Sorong
termasuk dalam iklim tropika basah dengan curah hujan tahunan rata-rata 3.066
mm dan rata-rata jumlah hari hujan 193,3 hari pertahun.
3.
Kondisi Tofografi dan Geomorfologis
Topografi
Kota Sorong, variatif. Ada pegunungan, lereng, bebukitan dan dataran rendah.
Bagian timur dikelilingi hutan lindung dan hutan wisata. Warga Sorong,
multietnik, baik Papua maupun pendatang. Keragaman ini juga terlihat dari segi
agama yang dipeluk. Sorong, dalam keragaman keyakinan, warganya hidup rukun –
kondisi yang mengantar Sorong pada kecemerlangan masa depannya.
Keadaan
geologi Kota Sorong terdapat hamparan galian golongan C seperti batu gunung,
batu kaIi, sirtu, pasir, tanah urug dan kerikil. Sedangkan jenis tanah yang terdapat
di Kota Sorong adalah tanah latosal putih yang terdapat di pinggiran pantai
Tanjung Kasuari dan
tanah
fudsolikmerah kuning yang terdapat dihamparan seluruh kawasan Distrik Sorong
Timur. Keadaan permukaan Kota Sorong yang terdiri dari gunung, buki-bukit dan
dataran yang rendah yang ditandai dengan jurang, dan wilayah ini dialiri
sungai-sungai sedang, kecil seperti sungai Rufei, sungai Klabala, sungai
Duyung, sungai Remu, sungai Klagison, sungai Klawiki, sungai Klasaman dan
sungai Klabtin.
a.
Potensi
Alam
Kota
ini memiliki banyak potensi alam yang melimpah ,kaya akan bahan tambang serta
perikanan yang cukup melimpah.Selain itu kaya akan hasil-hasil tumbuhannya.
b.
Potensi
Perdagangan
Diantara
hasil-hasil alam yang diperdagangkan di kota ini diantaranya adalah berupa
hasil alam seperti ikan campuran,ikan kerapu napoleon,kayu lapis,kepiting
hidup,mutiara,udang beku,tuna atau cakalang,limbah minyak serta minyak mentah.
c.
Potensi
Sosial Budaya
Masyarakat
Papua (Sorong) memiliki berbagai macam
budaya tari-tarian yang biasa mereka sebut dengan Yosim Pancar (YOSPAN), yang
didalamnya terdapat berbagai macam bentuk gerak seperti: (tari Gale-gale, tari
Balada, tari Cendrawasih, tari Pacul Tiga, tari Seka, Tari Sajojo).
Selain
itu kondisi sosialnya khususnya
toleransi umat beragama di kota ini sangat tinggi, hal ini terlihat
dengan adanya saling bantu membantu dalam pembangunan rumah ibadah. Pada
umumnya mayoritas penduduk lokal adalah pemeluk agama kristen sedangkan pemeluk
agama islam di dominasi oleh pendatang. Agama tidak menjadi tolak ukur dalam
setiap Pemilu, mereka lebih melihat kepada oknum atau calon yang di usung
partai.
Agama
yang berkembang di kota ini diantaranya Islam,Kristen,Budha dan Hindu.
d.
Potensi
Pariwisata
Di kota ini
selain potensi alam dijadikan tempat usaha dan menjadi sumber
matapencaharian,kota sorong tentunya banyak memiliki tempat wisata yang masih
alami,diantaranya :
1.
Pantai
Casuari, pantai yang cocok untuk berenang atau snorkling.
2.
Semenanjung
Kasuari, pantai yang panjang dan bersih menyimpan beragam karang yang eksotik,
3.
Pulau
Buaya, sebuah pulau dengan lekungan pantai pasir kuning yang landai, lembut dan
berair jernih cocok untuk berenang dan memancing.
4.
Mata
Air Panas Klaijili, mata air panas alami yang dapat mengobati penyakit kulit
ini terletak di wilayah Makbon.
5.
Pantai
Tanjung Kasuari
6.
Tembok
Berlin
7.
Pulau
Dofior
8.
Pulau
Senapan
9.
Pulau
Doom
4.
Flora dan Fauna
Tumbuhan
yang berkembang di kota ini pada dasarnya meliputi tujuh jenis tanaman yaitu kelapa,
kelapa sawit, kopi, cengkeh, coklat, pala, dan jambu mente.
Ada
beranekaragam jenis fauna di kota ini. Hal ini dipengaruhi oleh iklim di Papua
yang membuat hutan di papua menjadi subur dan lebat. Sorong memiliki jenis
burung tertinggi di dunia yaitu 650 jenis burung, papua juga memiliki 125 jenis
mamalia dan juga 223 jenis reptil. Salah satu yang ada di Sorong diantaranya
yaitu Cendrawasih,Kasuari,Kanguru,dan Kanguru Pohon.
5.
Kondisi Demografis Kota Sorong
Berdasarkan
hasil Pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kota Sorong (Angka
Sementara) adalah 190.341 jiwa, yang terdiri atas 99.898 laki-laki dan 90.446
perempuan. Jumlah penduduk terbanyak di Distrik Sorong Utara sebanyak 44.774
jiwa dan jumlah penduduk terkecil berada di Distrik Sorong Kepulauan dengan
Jumlah penduduk 9.710 jiwa.
Perbandingan
laki-laki dan perempuan atau sex ratio di Kota Sorong adalah sebesar 110,45
persen. Dari enam distrik yang ada di Kota Sorong, angka Sex Ratio tertinggi
berada di Distrik Sorong Timur yaitu sebesar 114,97 persen.
Laju
pertumbuhan penduduk Kota Sorong sebesar 7,02 persen per tahun. Distrik yang
laju pertumbuhan penduduknya tertinggi adalah Distrik sorong Timur yakni 14,07
persen dan yang terendah adalah Distrik Sorong Kepulauan yakni sebesar 3,54
persen.
Dengan
Luas wilayah 1.105 km² yang didiami penduduk 190.341 jiwa, maka rata-rata
tingkat kepadatan penduduk Kota Sorong adalah sebesar 91 jiwa/km2. Kecamatan
yang paling tinggi tingkat kepadatannya adalah Distrik Sorong Manoi yakni
sebesar 313 jiwa/km², sedangkan yang paling terendah Distrik Sorong Kepulauan
yakni 49 jiwa/km².
B.
Kondisi NonFisis Kota Sorong
1.
Sejarah
Sejak tahun 1945, sebelum Perang Dunia ke-II, yaitu semasa
penjajahan Pemerintahan Belanda atas Kepulauan Indonesia, maka Kota Sorong pada
sekitar tahun 1935 dibuka sebagai Base Camp Bataafse Petroleu Maatschappij
(BPM) sedangkan pos pemerintahan mengambil lokasi pada Pulau Doom.Setelah
penyerahan Irian Barat secara penuh oleh Penguasa Sementara PBB/ UNTEA (United
Nations Temporary Executive Authority) kepada Pemerintah Republik Indonesia,
maka pada tahun 1965 berdasarkan berbagai pertimbangan kemudian diangkat
seorang wakil Bupati Koordinator yang berkedudukan di Sorong, dengan tugas:
1. Mengkoordinir pelaksanaan tugas pemerintahan oleh Kepala
Pemerintahan Setempat (KPS) Sorong, Raja Ampat, Teminabuan dan Ayamaru.
2. Mempersiapkan pemecahan
Kota Irian Barat Bagian Barat menjadi 2 (dua) Kota.
Pada tahun 1969, dengan selesainya pelaksanaan Penentuan Pendapat
Rakyat (Pepera) maka perkembangan status dari Kota Administratif menjadi Kota
Otonom ini tidak ada perubahan dalam pembagian wilayah dan keadaan sampai dengan
akhir tahun 1972 adalah sebagai berikut:
·
Wilayah
Pemerintahan Setempat Sorong dengan ibukota Sorong,
·
Wilayah
Pemerintahan Setempat Raja Ampat dengan ibukota Sorong Doom,
·
Wilayah
Pemerintahan Setempat Teminabuan dengan ibukota Teminabuan,
·
Wilayah
Pemerintahan Setempat Ayamaru dengan ibu kota Ayamaru.
Pembagian wilayah di Sorong seperti tersebut di atas berlaku sampai
tahun 1973 saat dilakukannya penghapusan wilayah-wilayah Kepala Daerah Setempat
dan sejumlah distrik dan dibentuknya Pemerintahan Wilayah Kecamatan Tahap
Pertama Tahun 1973-1974.
Kota Sorong pada mulanya merupakan salah satu kecamatan yang
dijadikan pusat pemerintahan Kabupaten Sorong. Namun dalam perkembangannya
telah mengalami perubahan sesuai Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1996 tanggal
3 Juni 1996 menjadi Kota Administratif Sorong. Selanjutnya berdasarkan
Undang-Undang no. 45 Tahun 1999 Kota Administratif Sorong ditingkatkan
statusnya menjadi daerah otonom sebagai Kota Sorong
2.
Kondisi Perekonomian Daerah
Sektor
industri pengolahan merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi
terbesar dalam pembangunan perekonomian Kota Sorong. Hal ini dapat terlihat
dari sumbangan sektor industri pengolahan total PDRB Kota Sorong yang mencapai
26,22 % pada tahun 2002 . Berdasarkan jumlah tenaga kerjanya industri
pengolahan dalam 4 (empat) kelompok yaitu, industri besar, industri sedang,
industri kecil dan industri kerajinan Rumah Tangga. Pada tahun 200 terdapat 107
unit usaha sektor industri pengolahan pangan yang mampu menyerap 1.039 tenaga
kerja. Total investasi pada sektor ini mencapai 9,65 % miliar rupiah dengan
nilai produksinya sebesar 16,02 miliar rupiah. Sedangkan untuk kelompok
industri sandang dan kulit di Kota Sorong mampu menyerap 335 tenaga kerja pada 142
unit usaha. Total investasi pada sektor ini mencapai 1,72 miliar rupiah dengan
total nilai produksinya sebesar 2,12 rnilar rupiah. Dan pada kelompok industri
logam , mesin dan kimia non fasilitas di Kota Sorong terdapat 116 unit usaha
yang mampu menyerap tenaga kerja sebesar 1.017 orang. Total investasi pada
sektor ini mencapai 11,80 miliar rupiah, sedangkan nilai produksinya sebesar
1,79 miliar rupiah. Perkembangan dalam sektor perdagangan telah memberi andil
cukup besar dalam pembangunan bahkan ada komoditi yang telah menjadi komoditi
ekspor sejak tahun 1998. Realisasi nilai ekspor telah mencapai 112.246.216.86
US$ . Negara-negara tujuan ekspor tersebut antara lain adalah Jepang, Taiwan
dan Cina dengan komoditi andalan hasil olahan perikanan. Dengan jumlah
perusahaan pengekspor berjumlah 20 perusahaan.
Keadaan
penduduk kota sorong memiliki mata pencaharian yang berbeda-beda,mereka
memanfaatkan lahan lahan yang kosong untuk dijadikan lahan ladang sekaligus
usaha.Selain itu banyak juga yang bernata pencaharian sebagai penangkap
ikan-ikan dilaut. Produksi perikanan di sini
berorientasiekspor, mencakup udang, tuna/cakalang, pelagis, demersal, ikan campur
dan hasil olahan. Sementara itu untuk sektor perkebunan, komoditas unggulannya
antara lain kelapa sawit, kakao, kelapa dalam, kopi, pala, cengkeh, jambu mete
dan pinang. Selain itu arah pemerintah Provinsi
Papua Barat telah mencoba mengembangkan potensi pertambangannya melalui
kebijakan umum bidang pertambangan dan energi dengan titik berat pada bidang
minyak dan gas bumi, geologi dan sumber daya mineral, kelistrikan dan
pemanfaatan energi serta bidang lingkungan hidup. Dalam tahun anggaran 2005,
dilaksanakan beberapa kegiatan di bidang geologi dan air bawah tanah, pembinaan
usaha pertambangan umum, serta prasarana kelistrikan dan kegiatan pengembangan
dan pemanfaatan energi.
3.
Pendidikan
Dalam
upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia,pendidikan mempunyai peranan
sangat penting. Salah satu masalah yang bisa menjadi penghalang dalam
pembanguna adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu
pembangunan di sektor pendidikan ditempatkan pada prioritas yang utama.
Berbagai
program pembinaan pendidikan yang dilaksanakan sejak awal telah membawa
kemajuan, terlihat dengan adanya peningkatan partisipasi pada semua jenjang
pendidikan. Jumlah fasilitas pendidikan yangterus ditingkatkan dan peningkatan
mutu tenaga pengajar yang terus menerus dilakukan baik melalui penataran guru,
penyetaraan Diploma II, penyediaan buku,
aIat peraga dan alat ketrampilan. Kesejahteraan guru juga harus
ditingkatkan secara bertahap.
Adapun,
jumlah gedung sekolah di Kota Sorong pada tahun ajaran 2003/2004 sebanyak 144
gedung sekolah yang terdiri dari 32 TK, 68 SD, 22 SLTP, 16 SLTA Umum dan 6 SLTA
Kejuruan dan 10 Perguruan Tinggi. Jumlah guru TK coda Tahun ajaran 2003/2004
berjumlah 100 guru dengan 1.614 murid. Dengan demikian beban kerja guru TK pada
Tahun ajaran 2003/2004 adalah 19 murid per satu guru. Disisi lain jumlah guru
SD bertambah. Penambahan guru SD ini ternyata mampu mengimbangi penambahan
murid SD yang jumlah setiap tahunnya dipastikan akan terus bertambah. Hal ini
dapat dilihat dad beban kerja guru SD turun dad 30 murid per satu guru pada
tahun 2000/2001 menjadi 24 murid per satu guru. Begitu juga terjadi pada guru
SLTP dan SLTA Kejuruan maupun Umum. Jumlah Perguruan Tinggi di Kota Sorong
sebanyak 10 yang terdiri dad 2 Perguruan Tinggi Kedinasan dan 8 Perguruan
Tinggi Swasta. Jumlah tenaga pengajar dosen sebanyak 351 orang yang terdiri
dari 118 dosen tetap dan 233 dosen tidak tetap, jumlah mahasiswa sebanyak 4.396
orang.
Meski perkembangan pendidikan baik
Sekolah Negeri maupun Swasta di Kota Sorong mengalami kenaikan dari tahun ke
tahun, namun tetap masih mengalami berbagai kendala.
Berbagai kendalan tersebut diantaranya
adalah :
·
terbatasnya kesadaran
masyarakat
·
fasilitas pendidikan
·
belum sempurnanya manajemen
pendidikan yang ada
·
terbatasnya tenaga pengajar
yang berkualitas
·
kurangnya koordinasi antar
dinas/instansi terkait dalam penanganan masalah pendidikan
·
terbatasnya dana pendidikan
yang ada
4.
Kesehatan
Disamping
pembangunan pendidikan, pembangunan kesehatan juga merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Pembangunan di bidang ini dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan.
Tantangan
utama dari upaya peningkatan kualitas kesehatan di kota Sorong adalah bagaimana
upaya untuk meningkatkan kerjasama lintas sektor yang lebih berdaya dan berhasi
guna, mengingat selama ini kerjasama seperti ini belum pernah diterapkan.
Menurut data yang telah
diperoleh,Kota Sorong ini masih merupakan kota yang kurang akan tenaga medis
serta fasilitas kesehatannnya belum cukup memadai.Di Kota ini berdiri
Puskesmas-puskesmas yang masih kekurangan
tenaga medis.Begitu juga di rumah sakitnya,dokter-dokter nya pun masih
sedikit.
Analisis
Kota
Letak kota Sorong sangatlah strategis karena merupakan pintu keluar
masuk Provinsi Papua dan kota persinggahan.Kota Sorong juga merupakan kota
Industri,Perdagangan dan Jasa, karena Kota Sorong dikelilingi oleh
Kabupaten-kabupaten yang mempunyai sumber daya alam yang sangat potensial
sehingga membuka peluang bagi investor dalam maupun luar negeri untuk
menanamkan modalnya.
Kota ini juga memiliki potensi wisata yang dapat dikembangkan
terdapat perpaduan peninggalan sejarah dan keaslian alami serta keunikan Kota
Sorong yang memiliki kota dengan pemandangan laut serta perpaduan panorama
bentangan alam Pulau Waigeo, Bantata, dan Salawati yang merupakan satu gugusan
kepulauan Raja Ampat, Taman rekreasi Pantai Tanjung Kasuari dengan pesona pasir
putihnya.
Di sektor pertambangan,
hasil tambang daerah ini berupa minyak bumi, batu gunung, batu kali, sirtu,
pasir, tanah urug, dan kerikil. keberadaan infrastruktur berupa jalan darat
yang memadai akan lebih memudahkan untuk berinteraksi sehingga memperlancar
baik arus barang maupun jasa, Di Kota ini juga terdapat Bandara Sorong yang
terletak di Sorong.
Kota ini memiliki banyak potensi alam yang melimpah,baik bahan
tambang,flora maupun fauna,namun dalam pengelolaannya masyarakat di kota ini
masih termasuk masyarakat yang tertinggal,karena kurangnya sarana pendidikan
serta tenaga kependidikan yang kurang berkualitas.Begitu juga dengan sarana
teknologi
yang kurang memadai membuat masyarakat di kota ini tertinggal.
BAB III
KESIMPULAN
Nama Sorong berasal dari kata soren. Soren dalam bahasa Biak Numfor
yang berarti laut yang daIam dan bergelombang. Kata Soren digunakan pertama
kali oleh suku Biak Numfor yang berlayar pada zaman dahulu dengan perahu-perahu
layar dari satu pulau ke pulau lain hingga tiba dan menetap di Kepulauan Raja
Ampat. Suku Biak Numfor inilah yang memberi nama " Daratan Maladum"
dengan sebutan SOREN yang kemudian dilafalkan oleh para pedagang Thionghoa,
Misionaris clad Eropa, Maluku dan Sanger Talaut dengan sebutan Sorong. Kota
Sorong dikenal dengan istilah Kota Minyak sejak masuknya para surveyor minyak
bumi dari Belanda pada tahun 1908.
Kota Sorong merupakan kota yang kaya akan hasil alamnya,baik
pertambangan,perkebunan serta perikanan.Namun karena kurannya fasilitas
pendidikan,lemahnya informasi,membuat kota ini termasuk kota yang tertinggal.
DAFTAR PUSTAKA
www.cuaca.co.id
http://papuabaratdaya.blogspot.com
http://regionalinvestment.bkpm.go.id
http://id.wikipedia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar